Hiu termasuk salah satu predator terkejam di lautan. Sudah tak terhitung manusia menjadi makanan hewan bergigi tajam ini. Tetapi sebaliknya, di darat hiu pun harus menyerah pada takdirnya, menjadi santapan ekstra lezat bagi manusia.
Nah, di salah satu sudut Kota Malang yang mulai berkembang, Jl Terusan Sulfat, ada sebuah kedai yang menyajikan berbagai menu berbahan daging hiu. Kedai Ikan Sidoarjo namanya. Warung ini lebih dikenal dengan sebutan warung KIS. Tetapi sudah lah, bukan warungnya yang kita bahas, tetapi daging hiu yang menggiurkan.
Salah satu andalan kedai ini adalah steak hiu. Dan dari sekian varian steak hiu, saya mencicipi steak hiu dengan brown sauce. Karena digoreng menggunakan tepung crispy, tampilan luar steak hiu ini tak beda dengan crispy steak di kedai lain, baik berbahan daging sapi (beef) maupun daging ayam (chicken). Tetapi kesan ini sontak hilang begitu gigi dan lidah menyentuh tepungnya.
‘Kriukkkk..’ Begitu tepung kemripik itu pecah, gigi akan langsung memotong daging hiu yang lembut yang sudah diiris-iris berbentuk fillet. Lidah pun segera merasakan sedikit sengatan rempah yang menguap dari tepung dan sausnya. Meski disajikan panas, sebaiknya kombinasi daging hiu dan tepung itu jangan cepat ditelan, kunyah dulu beberapa saat, kalau tidak ingin kehilangan citarasanya yang unik itu.
“Saya memang membuat resep sendiri yang tentu tidak sama dengan steak lain. Ini daging hiu, jadi harus resep yang khusus,” kata Elok Kurniawati, pemilik Kedai Ikan Sidoarjo, ketika dikunjungi saya pekan lalu.
Perempuan yang juga terapis akupunktur ini menjelaskan, tidak mudah membuat steak hiu, karena sifat dagingnya yang sangat lembut. Menurutnya, kalau dipanggang biasa, daging itu akan hancur dan kalau disajikan tentu saja bentuknya tidak sedap dipandang. Maka, balutan tepung crispy itulah solusinya.
Tak afdol memang kalau steak hiu ini tidak mendapat teman varian lain. Lalu, Elok pun menyajikan steak hiu dengan mushroom sauce dan satu lagi steak hiu black pepper. Seperti varian terdahulu, kedua steak hiu terakhir juga dijamin bercita rasa lain dari biasanya.
Eksperimen dengan daging hiu bagi Elok tidak sebatas pada tiga varian steak itu. Sarjana Program Studi Pengolahan Hasil Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang ini juga memodifikasi daging predator itu menjadi sate dan sup.
Seperti steak, dari perwajahannya sate hiu Kedai Ikan Sidoarjo mirip sate-sate lain. Tentu saja, karena sudah cokelat hasil dibakar dan dilumuri bumbu kacang. Namun, sekali lagi, hasil gigitan pertama sudah mengisyaratkan ini sate hiu yang berdaging lembut. Aroma ikan bakar langsung terasa di lidah.
“Ini karena saya pakai arang batok kelapa sebagai campuran arang kayu biasa. Lebih mahal tapi ada citarasa lain yang terasa di daging,” kata Elok menjelaskan bagaimana sate itu dipanggang.
Sekarang soal sup hiu. Dari sisi bahan, sup ini tidak beda dengan sup yang biasa kita makan di rumah, kecuali ada tambahan daging hiu yang dipotong dadu. Yang membedakan, sup ini baru dimasak ketika dipesan dan disajikan dalam kondisi matang penuh, kecuali kuah dan daging ikan hiunya. “Saya ingin sup yang segar. Sayurnya belum layu sehingga sehingga kandungan gizinya masih lengkap,” kata Elok.
Begitulah nasib hiu yang ganas ketika berhadapan dengan sarjana perikanan yang juga ahli akupunktur, jadilah hidangan lezat. Nyam… nyam…